Jangan Sering Curhat di Medsos, Kenapa?
Perkembangan media sosial dari tahun ke tahun semakin berkembang pesat. Salah satu fitur yang terdapat di media sosial ialah unggahan status, orang bisa membagikan sesuatu berupa teks, gambar, video, bahkan live streaming. Seberapa seringkah Kita curhat di media sosial? Menurut Wrightsman (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) pengungkapan diri atau self disclosure adalah proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain. Pengungkapan diri atau biasa disebut dengan curhat. Beberapa orang mungkin pernah bahkan sering curhat di media sosial. Pernahkah Kita merasa bahwa lebih baik menulis status di media sosial daripada menceritakan masalah Kita dengan orang lain? Mengapa hal ini bisa terjadi?
Pengungkapan diri atau curhat yang dilakukan seseorang di media sosial akan berdampak positif dan juga negatif. Individu yang melakukan pengungkapan diri secara berlebihan menyebabkan pengabaian, penolakan, hilangnya kontrol bahkan pengkhianatan (Taylor, Peplau & Sears, 2009). Seseorang yang sering curhat di media sosial karena mereka merasa kesepian dan tidak memiliki orang yang bisa mendengar keluhan mereka.
Melihat fenomena ketergantungan curhat lewat status di media sosial bisa jadi salah satu tanda seseorang kesepian. Kesepian berarti suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya hubungan perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain (Bruno, dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009). Bahkan menurut Dale Carnegie, kebutuhan untuk didengarkan menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kebutuhan manusia untuk didengarkan setara dengan kebutuhan untuk makan, sehat, perlindungan dan seks. Inilah mengapa kebutuhan untuk didengarkan merupakan hal yang penting, merasa didengarkan akan menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental Kita.
Beberapa orang mungkin merasa lega ketika sudah mengungkapkan kesedihan atau kemarahannya lewat status di media sosial. Namun, curhat lewat status hanya bisa membuat Kita merasa lega untuk sementara waktu. Curhat di media sosial juga sebuah hal yang bisa dikatakan untung-untungan, kenapa? Bagi mereka yang tidak tidak memiliki pendengar aktif untuk keluhan mereka, semua orang bisa melihat atau mendengar apa yang mereka tulis atau rekam lewat status. Tetapi, apakah semua orang yang melihat status Kita bisa sepenuhnya peduli terhadap permasalahan yang sedang Kita alami? Tidak, inilah yang Penulis katakan curhat di media sosial cuma untung-untungan. Bagaimana jika Mereka hanya menghakimi tanpa memberi solusi atau ketenangan atas curhatan status Kita?
Pada akhirnya, diri Kita sendiri adalah sosok yang harus mem-filter apa yang ingin Kita bagikan di media sosial. Karena tidak semua masalah bisa Kita ungkapan secara gamblang untuk konsumsi publik. Siapapun bisa melihat apa yang Kita kirim lewat status, bahkan orang yang tidak benar-benar kenal dengan Kita di dunia nyata.
Terdapat dampak negatif jika Kita tidak pilah-pilih dalam curhat lewat status. Kita tidak bisa sembarangan curhat tentang masalah kantor, masalah dengan pasangan, masalah dengan teman, atau hubungan antara orang tua dengan anak. Contohnya saja, ketika Kita mencurahkan permasalahan Kita dengan urusan kantor, jika suatu saat nanti Kita melamar pekerjaan di tempat lain maka HRD bisa mengetahui rekam jejak digital Kita melalui histori akun media sosial Kita. Tentu saja Kita tidak menginginkan di tempat yang baru nanti masalah Kita diketahui oleh orang lain, bahkan hal tersebut akan menjadi pertimbangan bagi HRD untuk menerima Kita di perusahaan tersebut.
Mengungkapkan masalah hubungan rumah tangga Kita di muka umum juga merupakan hal yang harus Kita pilah-pilih, bahkan hal tersebut adalah hal yang harus dihindari. Kerahasiaan mengenai masalah dengan pasangan juga bukan merupakan konsumsi publik. Jika kedua pasangan tidak bisa menyelesaikan masalah maka lebih baik berkonsultasi kepada pihak yang lebih ahli untuk membantu. Begitu juga dengan pertemanan, konflik yang diumbar bisa menyebabkan teman Kita menjauh. Atau jika teman lainnya melihat permasalahannya, maka orang lain juga bisa menghindari Kita dari pertemanan dan akhirnya Kita tidak memiliki teman.
Masih mau sering curhat di media sosial? Ada baiknya Kita pikirkan kembali dan tidak sembarangan mengumbar masalah di media sosial. Temukan seseorang yang bisa mendengarkan Kamu dengan empatinya, karena curhat di media sosial lewat status hanya membuat perasaan lega sementara waktu. Namun, jika Kita belum bisa menemukan orang yang bisa Kita percaya, Kita bisa menulis keluhan Kita sebagai salah satu alat pelampiasan, tetapi tetap pilah-pilih untuk mempostingnya di media sosial. Karena tetap hal yang terbaik adalah terhubungnya Kita dengan orang terdekat, sangat dianjurkan untuk pilah-pilih menulis status di media sosial.
By: ans
23/06/2020
Komentar
Posting Komentar