Mengapa Saya Malas Menulis?




               Seberapa produktif kah Kita dalam menulis? Sering pasang surut kah minat Kita dalam menulis? Kadang mager bener ya, seperti tinta inspirasi Kita macet. Gak punya semangat dalam menulis. Kadang kalau ada inspirasi, terhambat hal lain jadinya susah lagi untuk mengingat apa yang sebenarnya ingin ditulis, huehehe. Saya juga sering merasakan hal demikian. Kadang, nulis satu tulisan dalam sepekan saja tidak lancar. Bagaimana mau rutin membuat karya satu hari satu tulisan, pasti terasa berat.
                Menulis pastinya butuh usaha dong, iya ya pasti. Sebenarnya, selain faktor mager nulis apasih yang menyebabkan kita gak punya tinta inspirasi dalam menulis? Menulis itu adalah bagian dari literasi. Singkatnya menurut KBBI, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca.
                Apakah seseorang yang males baca bisa tetap produktif menulis? Bisa saja sih bisa. Tapi, mungkin tulisan yang ditulis terkesan pembahasannya itu itu saja. Yuhuuu, karena dengan membaca akan memberi wawasan lebih luas. Dengan membaca, pengetahuan kamu bisa lebih lebar dari daun kelor.
               Jadi, kalau gak bisa nulis salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya minat kita dalam membaca. Lalu, menurut UNESCO (2012), tingkat tradisi membaca di negara kita sangat minim. Masalah tulisan bagus atau tidaknya adalah masalah kesekian. Karena yang lebih penting agar produktif dalam menulis adalah tingkatkan kualitas membaca. Bahkan, Allah pun dalam surah Al-Alaq memerintahkan rasulullah untuk membaca. "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan," (Q.S Al-Alaq).
               Coba mari kita renungkan, sudah berapa lama kah waktu yang kita gunakan untuk membaca dalam sehari? Diantara sekian artikel yang Saya baca, Saya menemukan satu resep agar kita bisa menulis. Yaitu meluangkan waktu minimal 15 menit dalam sehari untuk membaca. Selebihnya memang tergantung bacaan apa dan sumber bacaan apa yang kita baca. Seiring dengan berjalannya waktu, tingkat kualitas tulisan kita akan bisa berkembang jikalau produktivitas dalam membaca juga bertambah. Sebab, membaca dan menulis adalah satu rantai yang tidak bisa terpisah. Keistiqomahan dalam membaca juga memengaruhi keistiqomahan dalam menulis. Dalam ilmu statistika, bagaikan independent variabel (membaca) yang memberi pengaruh pada dependent variabel (menulis).
               Masalah selanjutnya adalah di "niat". Iya dong niat, kalau niat doang tapi gak mau usaha sih sama saja bohong. Kondisi sesulit apapun, kalau diri kita sendiri sudah niat dan mau usaha, pasti tulisan itu akan tercipta.
              Jalur ringkasnya adalah pertama niat yang dibarengi dengan usaha. Kedua, rajin membaca. Ketiga, berusaha untuk menulis. Selanjutnya salah satu hal yang membuat tulisan kita hidup adalah ruh dari tulisan itu. "Ruh, jiwa atau soul sebuah tulisan adalah hasil internalisasi visi, emosi, dedikasi, pengalaman, logika, wawasan, elan vital (semangat) kontemplasi dan keterampilan teknis seorang penulis" (Nursalam). Melalui tulisanlah, pesan tersurat ataupun tersirat penulis ingin sampaikan.
              Mengapa masih masal untuk menulis? Padahal begitu banyak ilmu yang bisa saja kita sampaikan kepada orang-orang yang membutuhkan ilmu tersebut. Atau tulisan bisa saja sekedar pelipur larakita diantara kegundahan hidup yang mendera. "Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala. Tapi, satu tulisan mampu menembus ribuan dan bahkan jutaan kepala" (Sayyid Quthb). Begitu pentingnya membaca dan menulis dalam hidup ini. Semoga kita bisa terus bersemangat memperbaiki kualitas literasi kita. Aamiin.

Komentar

Postingan Populer